Apakah jika yang gemar maksiat meninggal dunia, tetap didoakan?
Doa ini adalah doa yang dibaca ketika shalat jenazah. Yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat jenazah, beliau berdo’a,
اللّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمَتِكَ اِحْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ إَنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِي حَسَنَاتِهِ وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ
Allahumma ‘abduka wabnu amatik ihtaaja ilaa rohmatik wa anta ghoniyyun ‘an adzaabih. In kaana muhsinan fazid fii hasanaatih. Wa in kaana musii-an fatajaawaz ‘anhu.
Artinya: Ya Allah, hamba-Mu dan anak dari hamba-Mu, sangat membutuhkan rahmat-Mu. Engkaulah yang menjauhkan azab darinya. Jika ia orang yang berbuat baik, tambahkanlah kebaikan untuknya. Jika ia orang yang berbuat dosa, maafkanlah kesalahannya.
Kemudian beliau berdoa dengan doa yang beliau sukai setelah itu.
(HR. Ath Thobroni dalam Al Mu’jam Al Kabir 22/249/647 dan Al Hakim dalam Mustadrok-nya 1: 359. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Ahkamul Janaiz hal. 159 bahwa sanad hadits ini shahih. Yazid bin Rukanah dan Abu Rukanah yang meriwayatkan hadits ini adalah dua orang sahabat)
Hadits di atas menunjukkan bahwa sah-sah saja mendo’akan orang yang dulu gemar bermaksiat. Yang kita doakan adalah agar dosa-dosanya itu dihapus dan dimaafkan. Ketahuilah, ia pun sangat butuh pada doa kita. Tugas kita sendiri tidak mencontoh kejelekan yang ia perbuat.
Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi:
Ahkamul Janaiz wa Bida’uhaa, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan pertama, tahun 1412 H.
—
Disusun di Darush Sholihin selesai Zhuhur, 10 Jumadats Tsaniyyah 1436 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom
Untuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Ada kesempatan, beliau akan jawab.